Senin, 19 November 2012

Hijrah ke Habsyah

Hijrah ke Habsyah (saat ini adalah Ethiopia) adalah hijrah pertama kaum Muslim sebelum hijrah ke Madinah. Rombongan pertama berangkat tahun 613 Masehi, dan rombongan kedua dua tahun kemudian.

Rasulullah memerintahkan mereka hijrah ke Habsyah karena Muslim di Mekah ditindas, disiksa dan dihina oleh kaum kafir Quraisy di Makkah.

Akhirnya, pada bulan Rajab 614 Masehi, sebelas pria dan empat wanita hijrah buat pertama kali dari Makkah. Mereka dipimpin Usman bin Maz`un. Rombongan ini meninggalkan Makkah di malam yang gelap dan menuju lautan saat dua kapal akan berlayar menuju tujuan mereka, Axum. Berita kepergian kaum Muslim ke Habsyah menggegerkan Quraisy Makkah, dan langsung bertindak mengirim bala tentara. Usaha mereka gagal, sementara rombongan hijrah telah meninggalkan Pelabuhan Shuaibah dan telah mencapai Habsyah, dilindungi oleh Raja Ashama ibn Abjar, yang lebih dikenal sebagai al-Najasyi.

Hanya beberapa hari setelah para penghijrah sampai, datanglah kabar bahwa Makkah sudah ditaklukkan Rasulullah. Beberapa orang mempercayainya dan memutuskan berlayar pulang ke Makkah. Ketika sampai di kota tersebut, mereka diberi tahu bahwa kabar tersebut bohong. Para penghijrah yang kembali lalu kemudian disiksa dengan kejam oleh kaum Quraisy di Makkah. Namun begitu, ratusan Muslim di Makkah memutuskan meninggalkan kota tersebut dan menuju Axum. Bala tentara Quraisy menghadang mereka, tetapi usaha mereka sia-sia.

Rombongan kedua, berangkat pada tahun 615 Masehi, terdapat 79 pria dan 9 wanita. Rombongan ini dipimpin Jaafar bin Abi Talib, satu-satunya pria dari Bani Hasyim yang hijrah.

Hijrah kaum Muslim ke Habsyah membuat telinga kaum Quraisy Makkah panas. Mereka ketakutan Islam menyebar luas di kekaisaran tersebut, dan sewaktu-waktu menyerang Makkah. Ketakutan atas potensi tersebut, mereka memutuskan mengirim delegasi ke Habsyah, Amr bin Ash, untuk meminta Raja Najasyi mengekstradisi mereka kembali ke Makkah.

Amr membawa hadiah yang banyak untuk Najasyi, dan mengatakan bahwa kaum Muslim adalah “orang pelanggar hukum yang lari dari daerahnya” dan meminta Najasyi mengusir mereka dari Habsyah. Meskipun begitu, sebelum menerima pernyataan Amr, Najasyi meminta delegasi Muslim berbicara, dan memanggil Jaafar bin Abi Talib untuk menyampaikan pembelaannya.

Jaafar berpidato dengan sangat baik.

Wahai Raja! Kami orang-orang yang hidup liar. Kami tidak punya hukum dan kami tidak punya pelindung. Kami menyembah berhala batu dan kayu, dan kami adalah kaum-kaum yang bodoh. Dan Allah, yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, mengirim seorang utusan yang membawa kabar gembiran bagi kami semua. Namanya Muhammad. Dia mengajarkan kami ilmu pengetahuan dan mencerahkan pemikiran kami. Dia memberitahu kami tentang kebenaran, dan dia berasal dari kaum Arab yang kaya dan terpandang. Dia mengajarkan kami untuk melindungi kaum yang lemah dan mengasihani kaum miskin. Dia mengajarkan kami untuk menghormati wanita. Kami menuruti perintahnya dan mengikuti ajarannya. Banyak orang dari kaum kami yang masih menyembah berhala dan menentang agama Islam. Mereka menindas kami, merajam para wanita, membakar bayi, membunuh pria dan memperbudak kaum lemah. Maka karena itulah kami meninggalkan segala hal yang buruk itu untuk menjalani hidup yang damai di negara Anda.

Saat Jaafar selesai berbicara, Najasyi memintanya untuk membacakan beberapa ayat Quran. Jaafar membacakan beberapa ayat dari Surah Maryam. Setelah Najasyi mendengar ayat-ayat ini, dia mengatakan bahwa inti dari ayat-ayat tersebut sama persis dengan apa yang terdapat dalam Injil Evangelis. Najasyi merasa terharu dan mengumumkan bahwa kaum Muslim dapat tinggal di negaranya sampai kapanpun.

Tetapi, Amr bin Aas menyusun strategi baru. Dia kembali ke istana Najasyi keesokan harinya dan mengatakan pada raja bahwa tidak seharusnya dia memberi suaka bagi kaum Muslim karena Islam menganggap Yesus adalah seorang anak haram. Jaafar kemudian mengatakan:

Pendapat kami tentang Yesus adalah dia merupakan seorang utusan Allah, seorang Nabi, yang lahir dari rahim Maryam, perawan yang mulia.

Najasyi terkesima. Dia mengumumkan bahwa kaum Muslim diperbolehkan tinggal di Habsyah. Dia menolak mengekstradisi mereka, mengembalikan hadiah dari kaum kafir Quraisy dan mengusir delegasi mereka, Amr bin Aas.

Pada tahun ke-7 H, kaum Muslim di Habsyah kembali ke Jazirah Arab, tetapi kembali ke Madinah, bukan ke Makkah.

1 komentar: